Ku tuang secangkir warna dari bias kuningnya mentari
ke dalam cawan putih
Membunuh waktu mencari angin yang bertiup kearah barat laut
Membunuh waktu mencari angin yang bertiup kearah barat laut
tempatku siapkan
kanvas putih tuk melukis hati
Senja telah tiba ku ambil warna yang menutupi mentari yang siap tertelan gelap
Senja telah tiba ku ambil warna yang menutupi mentari yang siap tertelan gelap
dan kembali keperaduannya
Pelukis hati. . . Akulah sang pelukis hati,
berkuaskan tangan dan meliukkan warna warninya
duniawi
pada kanvas putih dari celah hati dibaik semua yg berarti.
Menuang bara api demi terciptanya sebuah karya hasil jerih payahnya imaginasi pribadi
Pelukis hati dari semua yang berarti yang tak dia ingini bahkan semua nilai luhur yang tersimpan dibalik senyum pamrih bagi mereka yang tak tau diri.
Menuang bara api demi terciptanya sebuah karya hasil jerih payahnya imaginasi pribadi
Pelukis hati dari semua yang berarti yang tak dia ingini bahkan semua nilai luhur yang tersimpan dibalik senyum pamrih bagi mereka yang tak tau diri.
Aku lukis hati yang warnanya warna warni mulai dari hitam sampai cerah tak
terkendali
Hati mereka yang bercampur berbaur busuk dan merah
Hati mereka yang bercampur berbaur busuk dan merah
seakan darah yang menggelora
dan berkobar diufuk timur mentari sambut pagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar